Tren kuliner selalu berubah, tapi ada satu nama yang terus bergema sepanjang 2025: Roti Bakar Sultan. Dari yang awalnya hanya sebuah warung kecil di pinggiran kota, kini Roti Bakar Sultan menjelma menjadi ikon jajanan kekinian yang digandrungi berbagai kalangan. Dari anak sekolah sampai influencer, dari nongkrong malam sampai meeting santai—nama “Sultan” bukan cuma gimmick, tapi benar-benar jadi simbol naik kelasnya roti bakar sebagai makanan rakyat yang kini terasa mewah.
Tapi bagaimana sebuah menu sederhana seperti roti bakar bisa naik kasta dan viral se-Indonesia? Mari kita kupas langkah-langkah di balik suksesnya fenomena kuliner ini.
Awal Mula: Roti Bakar yang Biasa Saja
Di awal 2023, Roti Bakar Sultan hanya sebuah warung sederhana di pinggiran kota Bekasi. Menunya klasik: roti tawar tebal, dioles margarin, dibakar di atas arang, lalu diisi selai cokelat, keju, dan susu. Tidak ada yang istimewa. Tapi pemiliknya, pasangan muda bernama Ardi dan Dilla, punya satu ambisi: mengangkat roti bakar jadi lebih dari sekadar makanan malam anak kos.
Mereka mulai bereksperimen. Isian yang awalnya standar mulai diganti jadi premium—Nutella, Lotus Biscoff, keju mozzarella impor, hingga topping es krim dan saus salted caramel. Harganya memang naik, tapi porsinya juga ikut naik. Roti bakarnya tebal, mengenyangkan, dan tampilannya sangat “Instagramable.”
Nama “Sultan”: Gimik yang Jadi Brand Kuat
Kenapa dinamakan Roti Bakar Sultan? Menurut Ardi, itu hanya candaan. “Biar orang mikir, ini roti bakar mahal, tapi enak banget dan layak dicoba.” Tapi candaan itu justru jadi pembeda. Di tengah lautan warung roti bakar lain yang bernama “Roti Bakar 88”, “Roti Bakar Cinta”, atau “Roti Bakar Malam Minggu”, nama “Sultan” langsung menarik perhatian.
Ditambah lagi, branding mereka konsisten. Dari kemasan, media sosial, sampai desain gerai—semuanya pakai nuansa emas dan hitam. Slogan mereka pun catchy: “Cemilan Rakyat Rasa Sultan”.
Strategi Sosial Media yang Agresif
Kunci utama meledaknya Roti Bakar Sultan ada di cara mereka bermain media sosial. Mereka paham bahwa di era TikTok dan Instagram Reels, visual adalah segalanya. Setiap menu mereka difilmkan dengan gaya cinematic: potongan roti dibelah perlahan, keju leleh ditarik, topping melimpah jatuh perlahan seperti lava. Dramatis? Iya. Tapi berhasil.
Mereka juga rutin menggandeng food vlogger lokal dan memberikan menu gratis untuk “food reviewer receh”—akun kecil dengan follower sedikit tapi engagement tinggi. Efeknya? Roti Bakar Sultan jadi pembicaraan. Dari story ke story, dari FYP ke FYP.
Tak butuh waktu lama, cabang mulai dibuka di kota lain. Mulai dari Bandung, Depok, sampai Surabaya. Semua dengan konsep seragam: semi-outdoor, tempat nongkrong, dan tentu saja—roti bakar dengan topping kelewat niat.
Menu yang Bikin Kaget dan Nagih
Inovasi menu jadi alasan lain mengapa Roti Bakar Sultan menonjol. Mereka tidak hanya mengandalkan rasa manis. Menu “Sultan Asin” pun jadi andalan:
Sementara menu manis tetap mendominasi:
-
Sultan Lava Milo Dinosaur
-
Roti Bakar Red Velvet Cream Cheese
-
Roti Bakar Es Krim Alpukat Gula Aren
Ukuran satu porsi pun tidak tanggung-tanggung. Bisa dibagi dua sampai tiga orang. Tapi tetap laku keras, karena sesuai dengan konsep mereka: “Kenikmatan yang royal”.
Bukan Sekadar Makan, Tapi Pengalaman
Yang membuat Roti Bakar Sultan menonjol bukan hanya makanannya, tapi pengalaman yang dibangun di sekitarnya. Mereka sadar, orang datang bukan cuma untuk kenyang, tapi juga untuk bersosialisasi, konten, dan menikmati suasana.
Interior gerai mereka dirancang nyaman tapi kekinian: pencahayaan hangat, meja panjang untuk nongkrong bareng, musik lokal yang chill, dan tentunya—spot foto dengan logo neon “Sultan Vibes Only”.
Mereka juga sering mengadakan event mini seperti “Sultan Challenge”—makan satu roti bakar super besar dalam waktu 5 menit, gratis kalau berhasil. Tantangan ini sering viral dan ramai peserta.
Mengapa Viral di 2025?
Tahun 2025 adalah momen emas bagi Roti Bakar Sultan. Banyak kompetitor bermunculan, tapi tak ada yang mampu meniru keseluruhan konsep mereka secara utuh. Bukan hanya rasa dan tampilan, tapi juga branding, experience, dan konsistensi.
Ditambah lagi, tren kuliner 2025 cenderung kembali ke makanan yang mengangkat lokalitas tapi dikemas modern. Roti bakar—makanan nostalgia anak Indonesia—kembali naik daun, dan Roti Bakar Sultan duduk nyaman di puncak tren itu.
Dari Warung ke Primadona
Roti Bakar Sultan membuktikan bahwa makanan sederhana bisa menjadi luar biasa jika dikemas dengan visi yang jelas. Mereka tidak hanya menjual roti bakar. Mereka menjual rasa penasaran, kenikmatan, gaya hidup, dan konten yang bisa dibagikan.
Dari warung kecil ke puluhan cabang nasional. Dari roti isi meses ke menu dengan wagyu dan es krim homemade. Dari ide bercanda ke merek yang viral. Inilah transformasi modern yang menginspirasi banyak pelaku usaha kecil lainnya.
Dan yang paling penting, mereka tidak lupa dari mana mereka datang. Roti bakar tetap roti bakar. Tapi lewat tangan kreatif, semangat muda, dan keberanian untuk tampil beda—lahirlah Roti Bakar Sultan, primadona kuliner Indonesia tahun 2025.